Flashback Nyasar Ke KIR
If you
ever find yourself stuck in the middle
of the sea
I’ll sail the world to find you
If you ever find yourself lost in the dark
and you can’t see
I’ll be the light to guide you
Find out
we’re made of
When we are called to help our friends in need
You can
count on me like 1, 2, 3
I’ll be there
And I know when I need it
I can count on you like 4, 3, 2
You’ll be there
‘Cause that’s what friends are supposed to do
( Count On Me – Bruno Mars )
***
Hari ini terasa amat panas. Matahari
seakan memerah dan menampakkan sebongkah amarah. Begitu kontras hingga menajam
pada kedua bola mataku. Refleks saja kaki ini maju-mundur dan mulai gontai
berjalan mencari rerimbunan pohon untuk segera bersembunyi dari perang sang
raja siang.
Masih terasa
asing auranya. Lingkungannya, kantinnya, musholanya, parkirannya, apalagi
kelasnya.
Tak seantusias dulu ketika masih SMP kala
mendambakan sekolah baru, namun kini setelah beberapa hari resmi menjadi siswi
SMA nampaknya belum ada tanda-tanda hidup bahagia. Tapi aku tetap merasa akan
ada begitu banyak kejutan selama 3 tahun mendatang. Entahlah, yang jelas aku
terlalu bersemangat mengenakan seragam baruku ini, kuharap tiada yang mampu
mematahkan hal itu.
"Zur, elo
ikut ekskul apa ?" Kata seorang teman.
"Teater,
paskibra, sama rohis. Lo ikut apa ?" Jelasku.
"Gila,
banyak juga tuh ekskul. Lo yakin bakalan ikutin semuanya ? Gue kayanya mau ikut
KIR nih" Ujarnya lagi.
"Yakinlah.
Tapi gatau bakal bertahan apa engga, secara kan dari dulu gue suka keluar masuk
ekskul, paling lama bertahan ya pasti 2 bulan. " Jawabku dengan wajah
melas.
"Hahaha.
Kuat tuh?" Ia kini meledekku.
"Kuat
insyaallah. Malahan gue mau daftar padus sama karate juga. Gue pengen jadi
orang sibuk, gue pengen buat banyak cerita di masa SMA gue, pokonya gue harus
ikut organisasi sebanyak-banyaknya, harus punya banyak temen, dan harus ikut
banyak lomba" Kataku.
"Iya deh,
semangat ya Zur. Ohiya, lo ganyalon osis juga?" Tawarnya.
"Engga ah,
gaminat gue" Dalihku
"Mau ikut
KIR sekalian ga Zur? Mumpung ntar pulang sekolah ada open house nih, lo mau ikut ga? Ntar bareng gue ke lab
fisikanya" Ia mengajakku lagi.
"Ogah ah.
Jelas gue benci IPA. Ngapain gue ngotot masuk IPS kalo jadi anak KIR. Eh tapi
almetnya boleh juga tuh, keren." Jawabku seadanya.
"Ah lo,
jangan gitu. Gaboleh terlalu benci sama IPA. Ilmu alam dan sosial itu kan
berjalan berdampingan dan saling berhubungan satu sama lain, gak boleh benci
gitu. Makanya, gue ngincer almetnya juga sih. hehe" Jelasnya yang
membuatku heran.
"Anak IPA
tuh rese tau ga. Kebanyakan dari mereka masuk IPA cuma karena paksaan bokap
nyokapnya doang, gengsilah apalah, ntar ujung2nya pas kuliah, jurusan IPS
diembat. Ah bete gue. Udah mana nilai UN gue anjlok cuma gara2 IPA doang. Coba
kalo nilai IPA gue bagus, tembus smansa gue." Jelasku kesal.
"Ah payah
lo. Ikutan dong. Demi almetnya doang deh" Ia membujukku dengan sangat.
"Gila lo,
engga ah" Tegasku lagi
"Yaudah
temenin gue ajadeh ntar pas open house.
Kan kita pulangnya bareng, kalo lo pulang duluan trus gue ikutan open house, ntar gue pulangnya sama
siapa ?"
"Ya sama
anak2 KIR temen baru lo itu lah"
"Ih"
"Bodo.
Ogah gue nginjek lab"
"Ah
bete"
"Malesssssssss."
"Zur...
Cuma nemenin gue doang Zur. Elo gak harus ngisi formulirnya kok"
"Yaelah,
gue mikir2 dulu deh. Ntar kalo bel pulang, lo ke kelas gue ya."
"Oke sip
Zuryyyy..... Awas loh.. ntar gue tarik biar lo jadi anak lab hahaha"
"Calon
hakim lu suruh megang mikroskop, bahaya ntar ancur sama gue"
"bodoamat"
***
"Ah..
Fajriah mana sih.. " Gumamku dalam hati setelah memutar-mutar bola mata ke
seluruh halaman sekolah tanpa mendapati batang hidungnya.
"Ah,
jangan bilang tuh anak udah ke lab fisika lagi. Aduh mampus gue dikerjain.
" Wajahku mulai gelisah dan langsung menggerakkan kaki untuk segera
berlari menuju lab fisika yang lumayan jauh dari lokasi kelasku.
Kususuri jalan yang disemen putih ini
dengan hati-hati. Tat kala langkahku hampir mendekati laboratorium itu, jelas
kulihat ramainya siswa-siswi memenuhi tepat di depan pintu. Tak butuh waktu
lama untuk mencari Fajriah, pandanganku langsung tertuju pada sepasang mata
gadis jail itu. Bukannya malah menghampiriku, dia sengaja masuk ke dalam lab
dengan tampang sumringah bermaksud mengajakku melakukan hal yang sama. Ah
dengan pasrah kuikuti saja langkahnya. Kukira, hari ini aku hanya akan bersikap
baik padanya dengan maksud menemani Fajriah mengenal lebih jauh ekskul
kebanggaannya itu yang merupakan ekskul yang paling tidak kusukai.
Dengan tubuh gontai karena cukup kelelahan
dengan hari-hari awal masuk sekolah, aku mulai berjalan lesu dengan muka sama
sekali tidak bersemangat mendiami ruang kebencianku itu. Ya, aku benar-benar
tidak menyukai apapun yang berhubungan dengan IPA sejak kecil. Termasuk dengan
ruangan yang sedang kupandangi ini. Lihat saja, tak ada estetikanya sedikitpun.
Tidak ada unsur seni. Tidak punya keunikan sama sekali. Sungguh datar hanya
dilapisi tembok dengan cat putih polos yang setengahnya merupakan keramik. Ah,
menyebalkan. Belum lagi, kulihat -teman disekitarku adalah orang-orang dengan
muka jenius yang lengkap sama kacamatanya. Oh ... My God, It's not my world.
Help me to stay here without over bad feeling. Yeah, I know, stay at this room
for a long time is only my mood breaker. Ah, I want to get out !!!
"Faj, gue
cabut ya"
"Zur.."
"Sorry
faj"
"Zury,tunggu..."
Ketika aku memutar balik badanku, terdengar
suara dari mikrophone bahwa open house KIR SMAN 1 Tajurhalang akan segera
dimulai dan para siswa dilarang untuk keluar dari ruangan. Otomatis disitu
langkahku terhenti. Fajriah pun sudah terlanjur menarik tanganku hingga hampir
saja aku terjatuh diantara bintang-bintang ehh diantara murid-murid. Dan
akhirnya, pasrah saja, bukannya berhasil keluar dari ruangan yang penuh sesak
itu, aku malah kebagian duduk di barisan yang paling depan. Oh..
***
Aku lupa bagaimana setelahnya, yang ku
ingat, Ka Dita selaku MC pada saat itu melontarkan sebuah pertanyaan yang
isinya “Apa alasan kalian masuk KIR?” jedaaaar. Mendengar itu, aku dan fajriah
langsung saling tatap-tatapan sambil senyum-senyum tanpa alasan. Tak membiarkan
pertanyaan itu didiamkan lama, iseng saja tangan ini terangkat dan bermaksud
hendak menjawab.
“Perkenalkan,
nama saya Zury Muliandari dari kelas X IPS-2, “ Belum sempat kuteruskan kalimat
itu, entah saja begitu banyak pasang mata yang menatapku aneh. Apa salah ya ? Anak IPS masuk KIR ?
Entahlah, aku tidak menghiraukannya saat itu.
“Saya
masuk KIR karena ingin memperluas pengetahuan yang mencakup bidang keilmuan
sains, sebagai variasi bagi saya yang memilih jurusan di ilmu sosial”. Entah
alasan macam apa itu ? Yang jelas alasan tersebut adalah bohong, yang benar
adalah karena dipaksa Fajriah hahaha.
Setelah aku dipersilahkan untuk duduk
kembali, Ka dita memperjelas bahwa KIR tidak hanya diperuntukkan bagi anak IPA
saja, melainkan juga terbuka untuk anak IPS. Karena, KIR mencakup ilmu dari
kedua-duanya. Tidak hanya terpaku pada sains, juga pada ranah sosial. Dan setelah
mendengar pernyataan tersebut, entah magnet apa yang membuat hatiku agak
tertarik dengan ekskul yang satu ini, sepertinya memang tempat yang pas untuk meng-upgrade pengetahuan. Tapi, tetap
saja, aku belum terpikir untuk join
dengan KIR.
***
Beberapa acara telah lewat, mulai dari
perkenalan anggota kir, games, hingga
pertunjukkan praktikum sederhana. Namun, sikap acuhku masih saja merajai otak
ini, tak sedikit pun aku menyimak apa yang mereka suguhkan. Hingga pada satu bagian
dimana diputarnya semacam video dokumenter perjalanan KIR. Video itu berhasil
menarik perhatianku, terlebih saat setelahnya hadir dua orang alumni yang katanya
memiliki kisah inspiratif di KIR. Mereka adalah ka Afrian dan ka Zahra. Keduanya
berpostur tinggi dengan tubuh yang kurus. Kulit keduanya hampir sama, sama-mama
sawo matang khas Indonesia. Juga terpaut senyum yang sama manisnya dari mereka.
Bedanya, ka Zahra mengenakan kacamata sedangkan Ka Afrian tidak. Yang kuingat,
saat itu mantan ketua KIR diangkatannya tersebut mengenakan kemeja berwarna
ungu yang senada dengan baju ka Zahra yang mirip seperti gamis. Mereka terlihat
anggun dan menawan. Jelas tercermin aura intelektual yang mengental dari
keduanya, dari cara berbicaranya, juga dari pembawaannya. Ah, dua orang ini sungguh
membuatku terkagum-kagum.
Dengan bergantian, mereka menceritakan
pengalaman demi pengalaman yang ditemui di ekskul Kelompok Ilmiah Remaja Ini. Hingga
pada satu bagian, ka Zahra menceritakan kisah inspiratif dari salah seorang
temannya yang kini belajar di negeri sakura. Dengan antusias ka Zahra
menginterpretasikan sebuah video tentang temannya tersebut. Yang ku ingat, ada
100 keinginan tertulis menggunakan tinta berwarna merah dibalik kesuksesan
temannya tersebut. Dan dari tulisan itu, ka Zahra berpesan agar kami (calon
anak kir) juga menuliskan hal yang sama. Menggantungkan impian dan cita-cita ke
dalam secarik kertas. Kemudian siap mencoret atau bahkan mencontreng satu
persatu kelak.
Dan hal tersebut, sukses membiusku. Membuatku
terpana dengan kata demi kata yang dirangkainya menjadi sebuah kalimat dengan
ucapan sederhana. Aku mulai sadar, aku mengagumi ka Zahra dan Ka Afrian sejak
saat itu. Mereka seperti memberi suntikan semangat unukku di hari yang
melelahkan itu. Hingga dengan yakin, aku berniat untuk siap menjadi anggota
KIR, dan ingin bertemu dengan lebih banyak orang-orang hebat seperti mereka.
***
Momen itu berlalu, kini tiba saatnya perkenalan
divisi. Yang pertama, adalah divisi kimia. Dilanjutkan oleh divisi fisika dan
diteruskan oleh divisi IPTEK. Kala itu, hampir saja tangan ini kembali
terangkat ulah iseng yang terus aja bergelayut diotakku. Ya, aku hampir ingin
memilih divisi IPTEK. Tapi entah apa yang menarik tanganku dan tak jadi
mengacung. Hingga aku penasaran dengan divisi yang terakhir, yaitu DIVISI
SOSHUM (dulunya SOSIAL HUKUM tapi sekarang kata Ka Shintya jadi SOSIAL
HUMANIORA). Benarlah aku langsung angkat tangan berhubung itu divisi yang
terakhir. Lagi-lagi, bukannya malah membahagiakan, malah aku dibuat tertegun
karena hanya ada 2 orang yang memilih divisi soshum. Ya, hanya aku dan Fatiya. Tapi,
entah mengapa aku terlalu semangat dengan divisi yang satu ini, walaupun
anggotanya hanya kami berdua. Seperti ada sesuatu yang memaksa hatiku untuk
menjatuhkan pilihan pada divisi ini. Mungkin, karena .....
***
(hampir)
2 tahun kemudian ..........................
Sekarang, aku resmi menjadi anak KIR. Yuhuuuuuuuu.
Meski sempat keluar karena sebuah alasan yang kata mantan ketuanya “tidak logis”
wkwk. Namun, kini kumantapkan hati untuk benar-benar setia dengan ekskul yang
satu ini. Bukan lagi karena paksaan temanku si Fajriah, malah dialah yang lebih
dulu meninggalkan organisasi ini sebelum sempat ikut ODK (Orientasi Dasar Kir).
Inilah hidup, kadang kita ditempatkan pada
“rumah” yang tak pernah kita duga sebelumnya. Meski dalam “rumah” tersebut
terdapat berbagai problematika, namun izinkan aku untuk tetap tinggal pada “rumah”
ini. Rumah dimana aku temukan sebuah kisah tak terlupakan.
Dan kini, kulihat “rumah”ku mulai berubah.
Ada cat yang telah pudar. Ada beberapa tiang yang sepertinya mulai tergoyahkan.
Dan ada pintu yang semakin ditutup rapat, entah karena apa sebabnya.
Aku, rindu. “rumah”ku yang dulu. Yang selalu
diisi dengan ilmu dan keluarga yang saling bahu-membahu.
***
From
someone who loves this site.
0 komentar: