Flashback Nyasar Ke KIR

Jumat, Januari 29, 2016 0 Comments



If you ever find yourself stuck in the middle
of the sea
I’ll sail the world to find you
If you ever find yourself lost in the dark
and you can’t see
I’ll be the light to guide you

Find out we’re made of
When we are called to help our friends in need

You can count on me like 1, 2, 3
I’ll be there
And I know when I need it
I can count on you like 4, 3, 2
You’ll be there
‘Cause that’s what friends are supposed to do
( Count On Me – Bruno Mars )
***

 
     Hari ini terasa amat panas. Matahari seakan memerah dan menampakkan sebongkah amarah. Begitu kontras hingga menajam pada kedua bola mataku. Refleks saja kaki ini maju-mundur dan mulai gontai berjalan mencari rerimbunan pohon untuk segera bersembunyi dari perang sang raja siang.

Masih terasa asing auranya. Lingkungannya, kantinnya, musholanya, parkirannya, apalagi kelasnya.

     Tak seantusias dulu ketika masih SMP kala mendambakan sekolah baru, namun kini setelah beberapa hari resmi menjadi siswi SMA nampaknya belum ada tanda-tanda hidup bahagia. Tapi aku tetap merasa akan ada begitu banyak kejutan selama 3 tahun mendatang. Entahlah, yang jelas aku terlalu bersemangat mengenakan seragam baruku ini, kuharap tiada yang mampu mematahkan hal itu.

"Zur, elo ikut ekskul apa ?" Kata seorang teman.
"Teater, paskibra, sama rohis. Lo ikut apa ?" Jelasku.
"Gila, banyak juga tuh ekskul. Lo yakin bakalan ikutin semuanya ? Gue kayanya mau ikut KIR nih" Ujarnya lagi.
"Yakinlah. Tapi gatau bakal bertahan apa engga, secara kan dari dulu gue suka keluar masuk ekskul, paling lama bertahan ya pasti 2 bulan. " Jawabku dengan wajah melas.
"Hahaha. Kuat tuh?" Ia kini meledekku.
"Kuat insyaallah. Malahan gue mau daftar padus sama karate juga. Gue pengen jadi orang sibuk, gue pengen buat banyak cerita di masa SMA gue, pokonya gue harus ikut organisasi sebanyak-banyaknya, harus punya banyak temen, dan harus ikut banyak lomba" Kataku.
"Iya deh, semangat ya Zur. Ohiya, lo ganyalon osis juga?" Tawarnya.
"Engga ah, gaminat gue" Dalihku
"Mau ikut KIR sekalian ga Zur? Mumpung ntar pulang sekolah ada open house nih, lo mau ikut ga? Ntar bareng gue ke lab fisikanya" Ia mengajakku lagi.
"Ogah ah. Jelas gue benci IPA. Ngapain gue ngotot masuk IPS kalo jadi anak KIR. Eh tapi almetnya boleh juga tuh, keren." Jawabku seadanya.
"Ah lo, jangan gitu. Gaboleh terlalu benci sama IPA. Ilmu alam dan sosial itu kan berjalan berdampingan dan saling berhubungan satu sama lain, gak boleh benci gitu. Makanya, gue ngincer almetnya juga sih. hehe" Jelasnya yang membuatku heran.
"Anak IPA tuh rese tau ga. Kebanyakan dari mereka masuk IPA cuma karena paksaan bokap nyokapnya doang, gengsilah apalah, ntar ujung2nya pas kuliah, jurusan IPS diembat. Ah bete gue. Udah mana nilai UN gue anjlok cuma gara2 IPA doang. Coba kalo nilai IPA gue bagus, tembus smansa gue." Jelasku kesal.
"Ah payah lo. Ikutan dong. Demi almetnya doang deh" Ia membujukku dengan sangat.
"Gila lo, engga ah" Tegasku lagi
"Yaudah temenin gue ajadeh ntar pas open house. Kan kita pulangnya bareng, kalo lo pulang duluan trus gue ikutan open house, ntar gue pulangnya sama siapa ?"
"Ya sama anak2 KIR temen baru lo itu lah"
"Ih"
"Bodo. Ogah gue nginjek lab"
"Ah bete"
"Malesssssssss."
"Zur... Cuma nemenin gue doang Zur. Elo gak harus ngisi formulirnya kok"
"Yaelah, gue mikir2 dulu deh. Ntar kalo bel pulang, lo ke kelas gue ya."
"Oke sip Zuryyyy..... Awas loh.. ntar gue tarik biar lo jadi anak lab hahaha"
"Calon hakim lu suruh megang mikroskop, bahaya ntar ancur sama gue"
"bodoamat"

***

"Ah.. Fajriah mana sih.. " Gumamku dalam hati setelah memutar-mutar bola mata ke seluruh halaman sekolah tanpa mendapati batang hidungnya.
"Ah, jangan bilang tuh anak udah ke lab fisika lagi. Aduh mampus gue dikerjain. " Wajahku mulai gelisah dan langsung menggerakkan kaki untuk segera berlari menuju lab fisika yang lumayan jauh dari lokasi kelasku.

     Kususuri jalan yang disemen putih ini dengan hati-hati. Tat kala langkahku hampir mendekati laboratorium itu, jelas kulihat ramainya siswa-siswi memenuhi tepat di depan pintu. Tak butuh waktu lama untuk mencari Fajriah, pandanganku langsung tertuju pada sepasang mata gadis jail itu. Bukannya malah menghampiriku, dia sengaja masuk ke dalam lab dengan tampang sumringah bermaksud mengajakku melakukan hal yang sama. Ah dengan pasrah kuikuti saja langkahnya. Kukira, hari ini aku hanya akan bersikap baik padanya dengan maksud menemani Fajriah mengenal lebih jauh ekskul kebanggaannya itu yang merupakan ekskul yang paling tidak kusukai.

     Dengan tubuh gontai karena cukup kelelahan dengan hari-hari awal masuk sekolah, aku mulai berjalan lesu dengan muka sama sekali tidak bersemangat mendiami ruang kebencianku itu. Ya, aku benar-benar tidak menyukai apapun yang berhubungan dengan IPA sejak kecil. Termasuk dengan ruangan yang sedang kupandangi ini. Lihat saja, tak ada estetikanya sedikitpun. Tidak ada unsur seni. Tidak punya keunikan sama sekali. Sungguh datar hanya dilapisi tembok dengan cat putih polos yang setengahnya merupakan keramik. Ah, menyebalkan. Belum lagi, kulihat -teman disekitarku adalah orang-orang dengan muka jenius yang lengkap sama kacamatanya. Oh ... My God, It's not my world. Help me to stay here without over bad feeling. Yeah, I know, stay at this room for a long time is only my mood breaker. Ah, I want to get out !!!
"Faj, gue cabut ya"
"Zur.."
"Sorry faj"
"Zury,tunggu..."
    
     Ketika aku memutar balik badanku, terdengar suara dari mikrophone bahwa open house KIR SMAN 1 Tajurhalang akan segera dimulai dan para siswa dilarang untuk keluar dari ruangan. Otomatis disitu langkahku terhenti. Fajriah pun sudah terlanjur menarik tanganku hingga hampir saja aku terjatuh diantara bintang-bintang ehh diantara murid-murid. Dan akhirnya, pasrah saja, bukannya berhasil keluar dari ruangan yang penuh sesak itu, aku malah kebagian duduk di barisan yang paling depan. Oh.. 

***

    Aku lupa bagaimana setelahnya, yang ku ingat, Ka Dita selaku MC pada saat itu melontarkan sebuah pertanyaan yang isinya “Apa alasan kalian masuk KIR?” jedaaaar. Mendengar itu, aku dan fajriah langsung saling tatap-tatapan sambil senyum-senyum tanpa alasan. Tak membiarkan pertanyaan itu didiamkan lama, iseng saja tangan ini terangkat dan bermaksud hendak menjawab.

“Perkenalkan, nama saya Zury Muliandari dari kelas X IPS-2, “ Belum sempat kuteruskan kalimat itu, entah saja begitu banyak pasang mata yang menatapku aneh. Apa salah ya ? Anak IPS masuk KIR ? Entahlah, aku tidak menghiraukannya saat itu.

“Saya masuk KIR karena ingin memperluas pengetahuan yang mencakup bidang keilmuan sains, sebagai variasi bagi saya yang memilih jurusan di ilmu sosial”. Entah alasan macam apa itu ? Yang jelas alasan tersebut adalah bohong, yang benar adalah karena dipaksa Fajriah hahaha.

     Setelah aku dipersilahkan untuk duduk kembali, Ka dita memperjelas bahwa KIR tidak hanya diperuntukkan bagi anak IPA saja, melainkan juga terbuka untuk anak IPS. Karena, KIR mencakup ilmu dari kedua-duanya. Tidak hanya terpaku pada sains, juga pada ranah sosial. Dan setelah mendengar pernyataan tersebut, entah magnet apa yang membuat hatiku agak tertarik dengan ekskul yang satu ini, sepertinya memang tempat yang pas untuk meng-upgrade pengetahuan. Tapi, tetap saja, aku belum terpikir untuk join dengan KIR. 

***

     Beberapa acara telah lewat, mulai dari perkenalan anggota kir, games, hingga pertunjukkan praktikum sederhana. Namun, sikap acuhku masih saja merajai otak ini, tak sedikit pun aku menyimak apa yang mereka suguhkan. Hingga pada satu bagian dimana diputarnya semacam video dokumenter perjalanan KIR. Video itu berhasil menarik perhatianku, terlebih saat setelahnya hadir dua orang alumni yang katanya memiliki kisah inspiratif di KIR. Mereka adalah ka Afrian dan ka Zahra. Keduanya berpostur tinggi dengan tubuh yang kurus. Kulit keduanya hampir sama, sama-mama sawo matang khas Indonesia. Juga terpaut senyum yang sama manisnya dari mereka. Bedanya, ka Zahra mengenakan kacamata sedangkan Ka Afrian tidak. Yang kuingat, saat itu mantan ketua KIR diangkatannya tersebut mengenakan kemeja berwarna ungu yang senada dengan baju ka Zahra yang mirip seperti gamis. Mereka terlihat anggun dan menawan. Jelas tercermin aura intelektual yang mengental dari keduanya, dari cara berbicaranya, juga dari pembawaannya. Ah, dua orang ini sungguh membuatku terkagum-kagum.

     Dengan bergantian, mereka menceritakan pengalaman demi pengalaman yang ditemui di ekskul Kelompok Ilmiah Remaja Ini. Hingga pada satu bagian, ka Zahra menceritakan kisah inspiratif dari salah seorang temannya yang kini belajar di negeri sakura. Dengan antusias ka Zahra menginterpretasikan sebuah video tentang temannya tersebut. Yang ku ingat, ada 100 keinginan tertulis menggunakan tinta berwarna merah dibalik kesuksesan temannya tersebut. Dan dari tulisan itu, ka Zahra berpesan agar kami (calon anak kir) juga menuliskan hal yang sama. Menggantungkan impian dan cita-cita ke dalam secarik kertas. Kemudian siap mencoret atau bahkan mencontreng satu persatu kelak.

    Dan hal tersebut, sukses membiusku. Membuatku terpana dengan kata demi kata yang dirangkainya menjadi sebuah kalimat dengan ucapan sederhana. Aku mulai sadar, aku mengagumi ka Zahra dan Ka Afrian sejak saat itu. Mereka seperti memberi suntikan semangat unukku di hari yang melelahkan itu. Hingga dengan yakin, aku berniat untuk siap menjadi anggota KIR, dan ingin bertemu dengan lebih banyak orang-orang hebat seperti mereka.

***
  
   Momen itu berlalu, kini tiba saatnya perkenalan divisi. Yang pertama, adalah divisi kimia. Dilanjutkan oleh divisi fisika dan diteruskan oleh divisi IPTEK. Kala itu, hampir saja tangan ini kembali terangkat ulah iseng yang terus aja bergelayut diotakku. Ya, aku hampir ingin memilih divisi IPTEK. Tapi entah apa yang menarik tanganku dan tak jadi mengacung. Hingga aku penasaran dengan divisi yang terakhir, yaitu DIVISI SOSHUM (dulunya SOSIAL HUKUM tapi sekarang kata Ka Shintya jadi SOSIAL HUMANIORA). Benarlah aku langsung angkat tangan berhubung itu divisi yang terakhir. Lagi-lagi, bukannya malah membahagiakan, malah aku dibuat tertegun karena hanya ada 2 orang yang memilih divisi soshum. Ya, hanya aku dan Fatiya. Tapi, entah mengapa aku terlalu semangat dengan divisi yang satu ini, walaupun anggotanya hanya kami berdua. Seperti ada sesuatu yang memaksa hatiku untuk menjatuhkan pilihan pada divisi ini. Mungkin, karena .....

***

(hampir) 2 tahun kemudian ..........................

     Sekarang, aku resmi menjadi anak KIR. Yuhuuuuuuuu. Meski sempat keluar karena sebuah alasan yang kata mantan ketuanya “tidak logis” wkwk. Namun, kini kumantapkan hati untuk benar-benar setia dengan ekskul yang satu ini. Bukan lagi karena paksaan temanku si Fajriah, malah dialah yang lebih dulu meninggalkan organisasi ini sebelum sempat ikut ODK (Orientasi Dasar Kir).



     Inilah hidup, kadang kita ditempatkan pada “rumah” yang tak pernah kita duga sebelumnya. Meski dalam “rumah” tersebut terdapat berbagai problematika, namun izinkan aku untuk tetap tinggal pada “rumah” ini. Rumah dimana aku temukan sebuah kisah tak terlupakan.

     Dan kini, kulihat “rumah”ku mulai berubah. Ada cat yang telah pudar. Ada beberapa tiang yang sepertinya mulai tergoyahkan. Dan ada pintu yang semakin ditutup rapat, entah karena apa sebabnya.

     Aku, rindu. “rumah”ku yang dulu. Yang selalu diisi dengan ilmu dan keluarga yang saling bahu-membahu.

***

From someone who loves this site.

KIR SMAN 1 TAJURHALANG

Kelompok Ilmiah Remaja SMA NEGERI 1 TAJURHALANG. "Aktif, Kreatif, Dan Tidak Primitif." Google+

0 komentar: